Bismillahirrohmanirrohim,,,
Aku hanya mengikuti patah sepatah kata yang kemudian menjadi kalimat dan terlintas di fikiran ku, kemudian mengikuti jemari ku untuk menuliskan penggalan cerita
singkat ini semoga berkenan dan dapat di jadikan motivasi untuk ku dan kita
semua. Tulisan ini ku beri judul “Taukah Hari Esok”...
Sore itu setelah pulang sekolah ada laka lantas yang
terjadi di persimpangan sekolah ku, ”Astaghfirullah” tepat di depan ku sepasang remaja putra dan
putri seperti yang tidak ku sengaja melihat nya. aku menyaksikan mereka
terkejang-kejang sembari memuntahkan darah dari mulut nya si perempulan dengan
lemas nya menahan tetesan darah dari kepala nya, dan laki-laki itu naas sungguh
malang nasib nya di aspal itu, sementara sepeda motor yang mereka kendarai
terlempar jauh dari posisi mereka, semua orang berlarian menyelamatkan mereka
aku hanya diam dan terduduk kaku, “dik, adik kenapa ?apakah adik salah satu
korban?” seorang bapak-bapak tua menanyai ku dia bertanya apa aku salah satu
korban kecelakaan naas itu, tapi bibir ku kelu tak mampu menjawab aku hanya
menghela nafas dan mengucapkan kalimat “Istighfar”. aku menenangkan diri
mengumpulkan tenaga setelah menyaksikan kejadian seperti itu di hadapan bola mata
ku sendiri. Sepanjang perjalanaan pulang
aku diam dan hanya dapat termenung
dan berbicara dalam hati “bagaimana nasib korban kecelakaan tadi ?” aku
memang tidak tahu persis seperti apa
kejadian itu karena semua begitu cepat ada suara seperti sesuatu yang menabrak
dengan kencang lalu ketika aku menengok kearah depan ternyata aku tepat di
depan korban yang terlempar saat
mengalami kecelakaan itu. “Assalammualaikum, ibu Thifa pulang” nama ku Athifa
aku putri bungsu dari 3 bersaudara semua saudara ku laki-laki abang pertama ku
Ahmad, abang ke dua ku Ali , ibu ku seorang janda mendiang ayah ku meninggal
saat aku berusia 5 tahun aku tahu ayah ku meninggal pada saat itu hanya saja ku
tingat lagi kenangan-kenangan apa saja
yang sudah aku lewati bersama ayah, karena ayah meninggal sewaktu pergi
berdagang dan ketika pulang kerumah ayah ku telah meninggal, sepengakuan ibu ku
ayah ku mengidap penyakit TBC dan sudah lama sekali , ibu ku kerap melarang
ayah ku untuk berdagang jauh tetapi ayah ku adalah orang yang sangat
bertanggung jawab dengan janji nya, untuk membahagiakan kami semua terutama
anak-anak nya agar kami dapat mengenyam pendidikan yang layak , kami memang
bukan tergolong dari orang-orang berada, ibu ku sekarang seorang penjahit
tapi Alhamdulillah Allah selalu
senantiasa memberi kami rizki yang cukup, kak Ahmad sudah selesai sekolah
sekarang dia bekerja di percetakan ,
sedangkan kak Ali bercita-cita untuk meneruskan usaha almarhum Ayah dalam
berdagang, karena memang kak Ali pandai
dalam berdagang. “waalaikumsalam Thifa, lekas makan nak ibu sudah masak “
ibu ku orang yang sangat ramah dan baik pada kami, dia adalah malaikat tanpa
sayap menurut ku. “Apa ibu sudah makan ?” aku belum mau makan jika ibu dan
kakak-kakak ku juga belum makan, tak adil rassa nya jika aku hanya makan sendiri. Beduk Ashar menyapa , seruan
takbir mengisyaratkan bahwa waktu
kita untuk berserah diri
telah di
kumandangkan. “Thifa nanti saja bu makan nya, sudah waktu Ashar thifa
sholat dulu ya”. Setelah aku sholat aku kembali terffikirkan hal yang ku
lihat tadi, “kecelakaan itu, Ya Allah
apapun yang terjadi hari ini berikan
ketenangan di hati dan fikiran ku, atas apa yang ku lihat tadi, dan lindungi korban kecelakaan
itu, selamatkan mereka” aku hanya mampu berdoa seperti itu. Ibu ku menghampiri
ku dan bertanya, “ada apa nak ? apa yang terjadi memang nya mengapa kamu
begitu terlihat murung ?” “ ibu thifa tadi melihat orang
kecelakaan dan korban kecelakaan itu berhamburan darah tepat di haddapan thifa”
“Astaghfirullahaladzim, benarkah nak ? lalu kondisi mereka sekarang bagaimana , adakah yang menolong mereka ? “
antusias ibu ku terhadap cerita ku membuat aku semakin terbayang-bayang ada
perasaan takut dan kasihan yang menghantui ku. “yang thifa tahu mereka kritis bu, dan keadaanya sangat
mengenaskan, kita berdoa saja bu semoga
mereka di beri keselamatan oleh Allah SWT”. “nak kamu hati-hati ya sayang, ibu
khawatir terhadap kalian, terlebih kakak2 mu yang pergi bekerja menggunakan
kendaraan umum”. Ibu ku menasihati ku dan kakak2 ku untuk lebih berhati-hati. “Asslammualaikum
Ahmad pulang bu” “Waalaikumsalam nak, lekas mandi nak apakan kamu sudah sholat
Ashar ?” “iya bu, Ahmad lekas mandi dan sholat Ashar ya” setelah kakak ku
bersalaman dengan ibu ku dia lekas menunaikan kewajiban nya sebagai seorang
muslim” kak Ahmad adalah kakak yang sangat baik bagi ku dia juga sangat hormat
kepada ibu ku terlebih dia anak sulung dan menjadi tulang punggung bagi kami” “
bu ibuu , ibu masak apa hari ini” “MashaAllah nak bisakah kamu berucap salam
dahulu sebelum masuk rumah ? tak elok bila memasuki rumah tanpa mengucapkan
salam” “iya ibu iya Ali ulangi ya Assalammualaikum ibu ku sayang” “
Waalaikumsalam” dia adalah kak Ali , kakak ke dua ku sifat nya memang begitu
dia berbeda dengan kak Ahmad. “Bu besok Ali
akan pergi ke Puncak bersama teman-teman ali”, “lebih baik kamu mandi
dan lekas sholat Ashar sebelum waktu nya habis” “nanti sajalah , ali lelah ibu
menyuruh ku untuk sholat apa ibu sudah sholat ?” “kak ali bisakah kakak lebih
sopan dalam berbicara kepada ibu ?” “anak kecil tahu apa?” kakak ku memang
sering membantah perkataan ibu ku dan sering sekali melawan bahkan suatu ketika
dia pernam membuat ibu menangis, “sudah-sudah lebih baik kamu sholat nak, waktu
nya sudah hampir habis ? “ iya besok kan masih ada ashar bu” “Astaghfirullahaladzim”.
Seperti halnya pohon yang berbuah tidak semua buah yang tumbuh di pohon itu
dalam kondisi baik pasti ada juga yang busuk. Begitulah petuah yang pantas
untuk kakak ku, dia begitu amat berbeda dengan ku dan kak Ahmad bahkan ibu pun
tidak pernah berbicara kasar pada siapa-siapa. Adzan Maghrib berkumandang
dengan indah nya, sang fajar mulai menutup diri nya dengan warna keemasan nya
yang indah. “ nak kita sholat dulu “ ibu selalu senantiasa menasehati kami
untuk sholat dan tetap melaksanakan sholat karena kata ibu sholat itu tiang
nya agama tanpa sholat tidak berarti apa-apa hidup di dunia ini,
seperti kita membangun rumah tak berpondasi dan tak bertiang apakah akan jadi
rumah itu ?. “baik bu” seperti biasa kak Ahmad yang menjadi imam , “kemana adik
mu mad ? “ kak ali masih tidur bu” “ya Allah ya Robbi Ali” “tolong bangunkan
kakak mu thifa, tapi jangan dengan suara yang membentak ibu takut dia marah dan
malah tidak mau sholat” ibu begitu sabar ibu begitu luarbiasa baik nya trhadap
kami semua bahkan kelakuan kak ali yang selalu kurang ajar pun ibu masih
menyayangi kami “ kak, kak ali sudah waktu nya maghrib kita sholat dulu yuk,
ibu dan kak ahmad telah menunggu” “kalian sholat saja dulu, kakak masih ngantuk
lagian besok maghrib masih ada kan ? sudah sana jangan berisik !!!” aku meneteskan
airmata ketika kakak ku berbicara seperti itu “bagaimana aku menyampaikan nya
kepada ibu, ibu pasti akan terluka hati nya setelah mendengar jawaban kak ali
tadi” aku pun bergegas meninggalkan tempat itu dan menghampiri ibu dan kak
ahmad yang telah menunggu ku, “maaf bu thifa tidak berhail membujuk kak ali
untuk sholat” “ya sudah thifa lebih baik kita melaksanakan sholat terlebih
dahulu saja” dengan raut wajah kecewa ibu ku memutuskan untuk melaksanakan
sholat tanpa ada kak Ali. Keesokan hari nya adzan subuh sangat peka di telinga
ini seolah menjadi Alarm tersendiri yang akan membangunkan kami di setiap pagi.
“sudah sholat kah putra putri ibu yang
tampan dan cantik ini” “ibu bisa saja hehe siapa dulu dong ibu nya “ “nak mana
kak ali apa kakak mu belum bangun thifa ? “ “iya buk kak ali masih terlelap
tidru dan seperti biasa thifa gagal membangunkan nya” “ya sudah ada baik nya kalian sarapan dahulu
lalu bersiap-siap nanti tertinggal oleh bis”. Sungguh memang malaikat kami, dia
bagun di sepertiga malam lalu melanjutkan menjahit dan subuh lalu menyiapkan
makanan pagi untuk kami semua ,’’ ibu ku ibu yang terbaik yang pernah ada, dia
mendidik menyayangi dan selalu menyelipkan nama kami di setiap doa nya’’. “haaaa...
ibu bu ibu kenapa ibu tidak membangunkan ali ? ali pasti terlambat pergi ke
puncak dengan teman-teman ali” “adik mu sudah beberapa kali membangunkan mu
dan ibu juga sudah membangunkan mu tapi
kamu masih saja tidak bangun-bangun” “ibu ali hari ini akan ke puncak dan bisa
jadi ali menginap bersama teman-teman di sana” “ada acara apa nak sampai ke puncak bahkan menginap
disana, tidak bisakah kamu pulang?” “ibu jangan terlalu banyak bertanya karena
ini urusan ali”. “nak nanti ali hati-hati ya, jangan lupa sholat “ ibu
menasehati ali “ iya bu kalau ali sempat ali sholat ya tapi kalau banyak
kegiatan sholat nya ali tunda saja besok kan masih ada waktu”. Hati siapa yang tidak teriris
ketika ada sseorang ibu yang begitu
sayang nya begitu sabar nya menasehati
anak nya agar tidak meninggalakan kewajiban nya untuk sholat untuk
berserah diri kepada yang Maha Pencipta ? sungguh Ali bukan lah tauladan
yang baik untuk kita semua dimana dia
selalu menunda-nunda dan bersombong diri dengan mengatakan bahwa besok akan ada
hari lain akan ada hari lain dimana dia
bisa melaksanakn dan membayar sholat
nya. “ibu hanya menasehati mu nak kita
tidak tahu kapan akan mati nak, dalam keadaan yang seperti apa kita akan
mati nak ? tak takut kah engkau dengan
hal itu wahai anak ku ? “ “ibu kalaupun mati ali ini masih muda bu , ali masih
bisa membahagiakan ibu dan Athifa jadi bu tenang-tenang saja ali bekerja dan
mencari uang juga untuk ibu bukan untuk
ali saja” “jaga dirimu baik-baik nak”. Seperti di sambar petir hati seorang ibu
ketika mendengar pernyataan seperti itu dari anak nya, anak yang dia
sayangi dia kandung 9 bulan dia lahir nya dengan pepatah
bahwa kaki yang satu nya lagi telah berada di liang kubur, berbagi nafas dan ruang dengan organ tubuh nya, tapi tega nya
si anak berbicara sepeti itu pada ibu yang mengasihi nya. Perjalanan ali di
mulai dengan di akhiri kata “jaga diri baik-baik” dia pergi meninggalakn ibu
nya yang berwajah seedih dan seolah tidak mengikhlaskan kepergian anak nya ke
puncak saat itu. “Heiiiiiiiii senang rasanya kamu bisa juga ikut dengan kami “ dia
Aurel wanita yang aku sayangi dia kekassih ku dan kami sudah menjalani hubungan selama 3
tahun semenjak kami masih duduk di bangku SMA. Aurel bukan lah seorang muslimah dia
adalah seorang kristiani tetapi dia sangat bertoleransi dalam berinteraksi
dengan teman-teman nya. “iya dong sayang , demi kamu apa sih yang nggak ? “. Perjalanan kepuncak di mulai dan
inilah sebenar nya awal dari balasan Allah terhadap Ali , dia yang kerap
menunda-nunda sholat dengan nada ssombong bahwa masih ada hari esok, dan dia
yang selalu bersikap kasar kepada ibunya
sehingga melukai hati ibunya. “ ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR TOLONG TOLONG “
teriakan dari mini bus yang di gunakan oleh Ali dan kawan kawan nya , mini bus
itu mengalami kecelakaan yang sangat naas banyak yang meninggal dunia dan
naassnya Allah tidak langssung mengambil nyawa Ali , Allah menyiksanya terlebih
dahulu dalam keadaan kritis... “Asslammualaikum, apakah ini benar Ahmad kakak
nya Ali ? “ seseorang yang menelpon
dengan nada bicara yang getir , “waalaikumsalam iya benar ada apa, saya Ahmad
kakak nya Ali” “ sebaiknya nak Ahmad datang kerumah sakit, mini bus yang di
tumpangi oleh Ali mengalami kecelakaan dan kini dia sedang kritis” tut tut tut
tut tut dering telpon mati itu seolah mnjadi petir yang menyambar hati ahmad “
Astaghrifullah Ali “. “ Asslammualaikum ibuuu ibuuuu Ali ibu” “Waalikumsalam
ada apa nak ? ada apa dengan Ali ? ali
tidak ada di rumah dia ssedang
pergi ke puncak” “ibu maafkan kabar ini, ali sekarang kritis dirumah sakit atas kecelakaan menuju
puncak” “ALLAHUAKBAR ALI PUTRA IBU” hati ibu yang malang itu sungguh seperti di
sayat sayat oleh pedang ketika mendengar kabar itu. Menuju perjalanan kerumah
sakit ibu tidak berhenti-henti nya
menangis dan berdoa akan keselamatan Ali, “Bagaimana dengan Athifa bu ?” “ibu
sudah titipkan pesan pada tetangga bahwa Adik mu ibu suruh menunggu saja di
rumah”. “Dok mana putra saya, Ali Azikri namanya” “tenang bu tenang Ali sudah
ada di ruang ICU “ “ibu dengan kaki nya yang lemah itu berlarian ke ruang ICU
dan dia terjatuh terduduk di depan pintu ICU setelah melihat dokter menutup
kepala kak Ali dengan kain. “Ibu ? apakah ibunda dari Ali Azikri ?” seorang
perawat menyapa “iya” “maaf bu kami sudah berusaha sekuat tenaga tetapi putra
ibu tidak lagi tertolong karena dia mengalami pendarahan yang cukup banyak”. Hancur
sudah hati ibu yang sangat pengasih itu , bercucuran air mata dan peluh nya ,
siang malam yang merawat kami dan menyayangi kami kini dia menangis melemas dan
tak tau apa gerangan yang terjadi. “Innalilahiwainnalillahirojiun putra ibu Ali
Azikri Bin Amir telah meninggalkan ibu dan kakak serta adik mu” sepanjang
perjalanan pulang ibu hanya membisu dan seraya berkata “Ampuni hamba ampuni
anak hamba ya Allah”.sesampainya ibu dan kakak dirumah Aku tahu ibu begitu amat
pedih hati nya , dia mendapati anak yang dia kandung dia lahirkan dia besarkan seorang diri
meninggal dan menghadap Allah dengan keadaan yang seperti itu. “Anak ku Ali
Azikri, ibu sudah beberapa kali membiasakan mu untuk tetap ingat kepada Allah
tunaikan Sholat mu nak sebagai kewajiban dan tiang agama mu, tapi kamu selalu
berbicara masih ada hari esok dan sekarang seperti ini lah yang terjadi , hari
esok mu sungguh amat pedih untuk ibu nak, nak tenang lah di sisi Allah , ibu
ikhlas atas kepergian mu , ibu sudah memaafkan semua kesalahan mu pada ibu,
mungkin inilah cara Allah memberhentikan
dosa-dosa yang kamu lakukan selama hidup,
Allah menyayangimu lebih dari ibu makanya Allah mengambil mu terlebih dahulu,
nak damailah di sana semoga engkau dapat tempat yang indah di sisi Nya disini
ibu hanya dapat menyalurkan sepenggal doa untuk pelipur rindu ibu pada mu kelak”
aku menangis mendengar ibu ku berbicara seperti itu di hadpan jenazah kakak ku, kejadian kemarin sore dan hari ini
menjadi cambukan tersendiri untuk ku
menjadi pelajaran yang tidak akan ku dapatkan di sekolah mana pun yang langka dan mungkin
hanya terjadi satu kali selama aku hidup di dunia , bahwa kewajiban kita pada sang
Pencitpta menjadi hal terpenting setelah Berbakti kepada ibunda yang melahrikan
kita , karena kematian tidak tahu kapan akan mendatangi kita, kapan malaikat
Izroil menjemput kita kemudian menarik ruh yang Allah pinjamkan pada jasad
kita, serta yang terpenting sedang dalam kondisi seperti apa kita apa masih
bertemu dengan lantunan takbir para pengumandang Adzan dengan seruan Ilahi
dalam naungan restu ibu kah kita ? Hanya Allah lah yang tahu J