Senin, 04 Mei 2015

Taukah Hari Esok ?

Bismillahirrohmanirrohim,,,
Aku hanya mengikuti patah sepatah kata yang  kemudian menjadi kalimat dan  terlintas di fikiran ku, kemudian mengikuti  jemari ku untuk menuliskan penggalan cerita singkat ini semoga berkenan dan dapat di jadikan motivasi untuk ku dan kita semua. Tulisan ini ku beri judul “Taukah Hari Esok”...

Sore itu setelah pulang sekolah ada laka lantas yang terjadi di persimpangan sekolah ku, ”Astaghfirullah”  tepat di depan ku sepasang remaja putra dan putri seperti yang tidak ku sengaja melihat nya. aku menyaksikan mereka terkejang-kejang sembari memuntahkan darah dari mulut nya si perempulan dengan lemas nya menahan tetesan darah dari kepala nya, dan laki-laki itu naas sungguh malang nasib nya di aspal itu, sementara sepeda motor yang mereka kendarai terlempar jauh dari posisi mereka, semua orang berlarian menyelamatkan mereka aku hanya diam dan terduduk kaku, “dik, adik kenapa ?apakah adik salah satu korban?” seorang bapak-bapak tua menanyai ku dia bertanya apa aku salah satu korban kecelakaan naas itu, tapi bibir ku kelu tak mampu menjawab aku hanya menghela nafas dan mengucapkan kalimat “Istighfar”. aku menenangkan diri mengumpulkan tenaga setelah menyaksikan kejadian seperti itu di hadapan bola mata ku sendiri. Sepanjang perjalanaan pulang  aku  diam dan hanya dapat termenung dan berbicara dalam hati “bagaimana nasib korban kecelakaan tadi ?” aku memang  tidak tahu persis seperti apa kejadian itu karena semua begitu cepat ada suara seperti sesuatu yang menabrak dengan kencang lalu ketika aku menengok kearah depan ternyata aku tepat di depan korban  yang terlempar saat mengalami kecelakaan itu. “Assalammualaikum, ibu Thifa pulang” nama ku Athifa aku putri bungsu dari 3 bersaudara semua saudara ku laki-laki abang pertama ku Ahmad, abang ke dua ku Ali , ibu ku seorang janda mendiang ayah ku meninggal saat aku berusia 5 tahun aku tahu ayah ku meninggal pada saat itu hanya saja ku tingat lagi  kenangan-kenangan apa saja yang sudah aku lewati bersama ayah, karena ayah meninggal sewaktu pergi berdagang dan ketika pulang kerumah ayah ku telah meninggal, sepengakuan ibu ku ayah ku mengidap penyakit TBC dan sudah lama sekali , ibu ku kerap melarang ayah ku untuk berdagang jauh tetapi ayah ku adalah orang yang sangat bertanggung jawab dengan janji nya, untuk membahagiakan kami semua terutama anak-anak nya agar kami dapat mengenyam pendidikan yang layak , kami memang bukan tergolong dari orang-orang berada, ibu ku sekarang seorang penjahit tapi  Alhamdulillah Allah selalu senantiasa memberi kami rizki yang cukup, kak Ahmad sudah selesai sekolah sekarang dia bekerja di  percetakan , sedangkan kak Ali bercita-cita untuk meneruskan usaha almarhum Ayah dalam berdagang, karena memang kak Ali pandai  dalam berdagang. “waalaikumsalam Thifa, lekas makan nak ibu sudah masak “ ibu ku orang yang sangat ramah dan baik pada kami, dia adalah malaikat tanpa sayap menurut ku. “Apa ibu sudah makan ?” aku belum mau makan jika ibu dan kakak-kakak ku juga belum makan, tak adil rassa nya jika aku  hanya makan sendiri. Beduk Ashar menyapa , seruan takbir mengisyaratkan bahwa waktu  kita  untuk berserah diri telah  di  kumandangkan. “Thifa nanti saja bu makan nya, sudah waktu Ashar thifa sholat dulu ya”. Setelah aku sholat aku kembali terffikirkan hal yang ku lihat  tadi, “kecelakaan itu, Ya Allah apapun yang  terjadi hari ini berikan ketenangan di hati dan fikiran ku, atas apa yang  ku lihat tadi, dan lindungi korban kecelakaan itu, selamatkan mereka” aku hanya mampu berdoa seperti itu. Ibu ku menghampiri ku dan bertanya, “ada apa nak ? apa yang terjadi memang nya mengapa kamu begitu  terlihat  murung ?” “ ibu thifa tadi melihat orang kecelakaan dan korban kecelakaan itu berhamburan darah tepat di haddapan thifa” “Astaghfirullahaladzim, benarkah nak ? lalu kondisi mereka sekarang  bagaimana , adakah yang menolong mereka ? “ antusias ibu ku terhadap cerita ku membuat aku semakin terbayang-bayang ada perasaan takut dan kasihan yang menghantui ku. “yang thifa tahu  mereka kritis bu, dan keadaanya sangat mengenaskan, kita berdoa saja bu  semoga mereka di beri keselamatan oleh Allah SWT”. “nak kamu hati-hati ya sayang, ibu khawatir terhadap kalian, terlebih kakak2 mu yang pergi bekerja menggunakan kendaraan umum”. Ibu ku menasihati ku dan kakak2 ku untuk lebih berhati-hati. “Asslammualaikum Ahmad pulang bu” “Waalaikumsalam nak, lekas mandi nak apakan kamu sudah sholat Ashar ?” “iya bu, Ahmad lekas mandi dan sholat Ashar ya” setelah kakak ku bersalaman dengan ibu ku dia lekas menunaikan kewajiban nya sebagai seorang muslim” kak Ahmad adalah kakak yang sangat baik bagi ku dia juga sangat hormat kepada ibu ku terlebih dia anak sulung dan menjadi tulang punggung bagi kami” “ bu ibuu , ibu masak apa hari ini” “MashaAllah nak bisakah kamu berucap salam dahulu sebelum masuk rumah ? tak elok bila memasuki rumah tanpa mengucapkan salam” “iya ibu iya Ali ulangi ya Assalammualaikum ibu ku sayang” “ Waalaikumsalam” dia adalah kak Ali , kakak ke dua ku sifat nya memang begitu dia berbeda dengan kak Ahmad. “Bu besok Ali  akan pergi ke Puncak bersama teman-teman ali”, “lebih baik kamu mandi dan lekas sholat Ashar sebelum waktu nya habis” “nanti sajalah , ali lelah ibu menyuruh ku untuk sholat apa ibu sudah sholat ?” “kak ali bisakah kakak lebih sopan dalam berbicara kepada ibu ?” “anak kecil tahu apa?” kakak ku memang sering membantah perkataan ibu ku dan sering sekali melawan bahkan suatu ketika dia pernam membuat ibu menangis, “sudah-sudah lebih baik kamu sholat nak, waktu nya sudah hampir habis ? “ iya besok kan masih ada ashar bu” “Astaghfirullahaladzim”. Seperti halnya pohon yang berbuah tidak semua buah yang tumbuh di pohon itu dalam kondisi baik pasti ada juga yang busuk. Begitulah petuah yang pantas untuk kakak ku, dia begitu amat berbeda dengan ku dan kak Ahmad bahkan ibu pun tidak pernah berbicara kasar pada siapa-siapa. Adzan Maghrib berkumandang dengan indah nya, sang fajar mulai menutup diri nya dengan warna keemasan nya yang indah. “ nak kita sholat dulu “ ibu selalu senantiasa menasehati kami untuk sholat dan tetap melaksanakan sholat karena kata ibu sholat itu tiang nya  agama tanpa sholat  tidak berarti apa-apa hidup di dunia ini, seperti kita membangun rumah tak berpondasi dan tak bertiang apakah akan jadi rumah itu ?. “baik bu” seperti biasa kak Ahmad yang menjadi imam , “kemana adik mu mad ? “ kak ali masih tidur bu” “ya Allah ya Robbi Ali” “tolong bangunkan kakak mu thifa, tapi jangan dengan suara yang membentak ibu takut dia marah dan malah tidak mau sholat” ibu begitu sabar ibu begitu luarbiasa baik nya trhadap kami semua bahkan kelakuan kak ali yang selalu kurang ajar pun ibu masih menyayangi kami “ kak, kak ali sudah waktu nya maghrib kita sholat dulu yuk, ibu dan kak ahmad telah menunggu” “kalian sholat saja dulu, kakak masih ngantuk lagian besok maghrib masih ada kan ? sudah sana jangan berisik !!!” aku meneteskan airmata ketika kakak ku berbicara seperti itu “bagaimana aku menyampaikan nya kepada ibu, ibu pasti akan terluka hati nya setelah mendengar jawaban kak ali tadi” aku pun bergegas meninggalkan tempat itu dan menghampiri ibu dan kak ahmad yang telah menunggu ku, “maaf bu thifa tidak berhail membujuk kak ali untuk sholat” “ya sudah thifa lebih baik kita melaksanakan sholat terlebih dahulu saja” dengan raut wajah kecewa ibu ku memutuskan untuk melaksanakan sholat tanpa ada kak Ali. Keesokan hari nya adzan subuh sangat peka di telinga ini seolah menjadi Alarm tersendiri yang akan membangunkan kami di setiap pagi. “sudah sholat kah putra  putri ibu yang tampan dan cantik ini” “ibu bisa saja hehe siapa dulu dong ibu nya “ “nak mana kak ali apa kakak mu belum bangun thifa ? “ “iya buk kak ali masih terlelap tidru dan seperti biasa thifa gagal membangunkan nya”  “ya sudah ada baik nya kalian sarapan dahulu lalu bersiap-siap nanti tertinggal oleh bis”. Sungguh memang malaikat kami, dia bagun di sepertiga malam lalu melanjutkan menjahit dan subuh lalu menyiapkan makanan pagi untuk kami semua ,’’ ibu ku ibu yang terbaik yang pernah ada, dia mendidik menyayangi dan selalu menyelipkan nama kami di setiap doa nya’’. “haaaa... ibu bu ibu kenapa ibu tidak membangunkan ali ? ali pasti terlambat pergi ke puncak dengan teman-teman ali” “adik mu sudah beberapa kali membangunkan mu dan  ibu juga sudah membangunkan mu tapi kamu masih saja tidak bangun-bangun” “ibu ali hari ini akan ke puncak dan bisa jadi ali menginap bersama teman-teman di sana” “ada acara  apa nak sampai ke puncak bahkan menginap disana, tidak bisakah kamu pulang?” “ibu jangan terlalu banyak bertanya karena ini urusan ali”. “nak nanti ali hati-hati ya, jangan lupa sholat “ ibu menasehati ali “ iya bu kalau ali sempat ali sholat ya tapi kalau banyak kegiatan sholat nya ali tunda saja besok kan masih  ada waktu”. Hati siapa yang tidak teriris ketika ada sseorang ibu yang  begitu sayang nya begitu sabar nya menasehati  anak nya agar tidak meninggalakan kewajiban nya untuk sholat untuk berserah diri kepada yang Maha Pencipta ? sungguh Ali bukan lah tauladan yang  baik untuk kita semua dimana dia selalu menunda-nunda dan bersombong diri dengan mengatakan bahwa besok akan ada hari lain akan ada hari lain dimana  dia bisa melaksanakn dan membayar  sholat nya. “ibu hanya menasehati mu nak kita  tidak tahu kapan akan mati nak, dalam keadaan yang seperti apa kita akan mati  nak ? tak takut kah engkau dengan hal itu wahai anak ku ? “ “ibu kalaupun mati ali ini masih muda bu , ali masih bisa membahagiakan ibu dan Athifa jadi bu tenang-tenang saja ali bekerja dan mencari uang juga untuk ibu  bukan untuk ali saja” “jaga dirimu baik-baik nak”. Seperti di sambar petir hati seorang ibu ketika mendengar pernyataan seperti itu dari anak nya, anak yang  dia  sayangi  dia  kandung 9 bulan dia lahir nya dengan pepatah bahwa kaki yang satu nya lagi telah berada di liang  kubur, berbagi nafas dan  ruang dengan organ tubuh nya, tapi tega nya si anak berbicara sepeti itu pada ibu yang mengasihi nya. Perjalanan ali di mulai dengan di akhiri kata “jaga diri baik-baik” dia pergi meninggalakn ibu nya yang berwajah seedih dan seolah tidak mengikhlaskan kepergian anak nya ke puncak saat itu. “Heiiiiiiiii senang rasanya kamu bisa juga ikut dengan kami “ dia Aurel wanita yang aku  sayangi  dia kekassih ku  dan kami sudah menjalani hubungan selama 3 tahun  semenjak kami  masih duduk di bangku  SMA. Aurel bukan lah seorang muslimah dia adalah seorang  kristiani tetapi  dia sangat bertoleransi dalam berinteraksi dengan  teman-teman nya. “iya  dong sayang , demi kamu apa sih yang  nggak ? “. Perjalanan kepuncak di mulai dan inilah sebenar nya awal dari balasan Allah terhadap Ali , dia yang kerap menunda-nunda sholat dengan nada ssombong bahwa masih ada hari esok, dan dia yang  selalu bersikap kasar kepada ibunya sehingga melukai hati ibunya. “ ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR TOLONG TOLONG “ teriakan dari mini bus yang di gunakan oleh Ali dan kawan kawan nya , mini bus itu mengalami kecelakaan yang sangat naas banyak yang meninggal dunia dan naassnya Allah tidak langssung mengambil nyawa Ali , Allah menyiksanya terlebih dahulu dalam keadaan kritis... “Asslammualaikum, apakah ini benar Ahmad kakak nya Ali  ? “ seseorang yang menelpon dengan nada bicara yang getir , “waalaikumsalam iya benar ada apa, saya Ahmad kakak nya Ali” “ sebaiknya nak Ahmad datang kerumah sakit, mini bus yang di tumpangi oleh Ali mengalami kecelakaan dan kini dia sedang kritis” tut tut tut tut tut dering telpon mati itu seolah mnjadi petir yang menyambar hati ahmad “ Astaghrifullah Ali “. “ Asslammualaikum ibuuu ibuuuu Ali ibu” “Waalikumsalam ada apa nak ? ada apa dengan  Ali ? ali tidak ada di rumah  dia ssedang pergi  ke puncak”  “ibu maafkan kabar ini, ali sekarang  kritis dirumah sakit atas kecelakaan menuju puncak” “ALLAHUAKBAR ALI PUTRA IBU” hati ibu yang malang itu sungguh seperti di sayat sayat oleh pedang ketika mendengar kabar itu. Menuju perjalanan kerumah sakit  ibu tidak berhenti-henti nya menangis dan berdoa akan keselamatan Ali, “Bagaimana dengan Athifa bu ?” “ibu sudah titipkan pesan pada tetangga bahwa Adik mu ibu suruh menunggu saja di rumah”. “Dok mana putra saya, Ali Azikri namanya” “tenang bu tenang Ali sudah ada di ruang ICU “ “ibu dengan kaki nya yang lemah itu berlarian ke ruang ICU dan dia terjatuh terduduk di depan pintu ICU setelah melihat dokter menutup kepala kak Ali dengan kain. “Ibu ? apakah ibunda dari Ali Azikri ?” seorang perawat menyapa “iya” “maaf bu kami sudah berusaha sekuat tenaga tetapi putra ibu tidak lagi tertolong karena dia mengalami pendarahan yang cukup banyak”. Hancur sudah hati ibu yang sangat pengasih itu , bercucuran air mata dan peluh nya , siang malam yang merawat kami dan menyayangi kami kini dia menangis melemas dan tak tau apa gerangan yang terjadi. “Innalilahiwainnalillahirojiun putra ibu Ali Azikri Bin Amir telah meninggalkan ibu dan kakak serta adik mu” sepanjang perjalanan pulang ibu hanya membisu dan seraya berkata “Ampuni hamba ampuni anak hamba ya Allah”.sesampainya ibu dan kakak dirumah Aku tahu ibu begitu amat pedih hati nya , dia mendapati anak yang dia kandung  dia lahirkan dia besarkan seorang diri meninggal dan menghadap Allah dengan keadaan yang seperti itu. “Anak ku Ali Azikri, ibu sudah beberapa kali membiasakan mu untuk tetap ingat kepada Allah tunaikan Sholat mu nak sebagai kewajiban dan tiang agama mu, tapi kamu selalu berbicara masih ada hari esok dan sekarang seperti ini lah yang terjadi , hari esok mu sungguh amat pedih untuk ibu nak, nak tenang lah di sisi Allah , ibu ikhlas atas kepergian mu , ibu sudah memaafkan semua kesalahan mu pada ibu, mungkin inilah cara Allah  memberhentikan dosa-dosa yang  kamu lakukan selama hidup, Allah menyayangimu lebih dari ibu makanya Allah mengambil mu terlebih dahulu, nak damailah di sana semoga engkau dapat tempat yang indah di sisi Nya disini ibu hanya dapat menyalurkan sepenggal doa untuk pelipur rindu ibu pada mu kelak” aku menangis mendengar ibu ku berbicara seperti itu di hadpan jenazah  kakak ku, kejadian kemarin sore dan hari ini menjadi cambukan  tersendiri untuk ku menjadi pelajaran yang tidak akan ku dapatkan di  sekolah mana pun yang langka dan mungkin hanya terjadi satu kali selama aku hidup di dunia , bahwa kewajiban kita pada sang Pencitpta menjadi hal terpenting setelah Berbakti kepada ibunda yang melahrikan kita , karena kematian tidak tahu kapan akan mendatangi kita, kapan malaikat Izroil menjemput kita kemudian menarik ruh yang Allah pinjamkan pada jasad kita, serta yang terpenting sedang dalam kondisi seperti apa kita apa masih bertemu dengan lantunan takbir para pengumandang Adzan dengan seruan Ilahi dalam naungan restu ibu kah kita ? Hanya Allah lah yang tahu J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar